Genre: Friendship, sad
<hr>
.
'We small talk...'
.
--5 Desember 2011--
"Hallo, namamu siapa?" tanya seorang anak pada Winna.
"Win-Winna," jawab Winna agak curiga. Siapa yang mau berteman dengan anak cupu sepertinya? Apalagi, anak ini cantik sekali. Walaupun begitu, Winna diam-diam bersyukur dalam hati karena masih ada yang ingin berkenalan dengannya.
"Winner," gumam anak itu.
"Ah, apa?" tanya Winna.
"Winner. Pemenang. Aku benar kan? Kau pasti nanti suatu hari nanti akan menjadi pemenang!" seru anak itu tulus.
Winna tersenyum pahit.
'Bagaimana orang cupu sepertiku bisa menjadi pemenang?'
"Oh, aku hampir lupa! Namaku Lindy! Senang berkenalan denganmu!" seru Lindy -lagi- seraya mengulurkan tangan.
Winna menyambut tangannya.
"Aku sudah lama mencarimu," ujar Lindy.
"K-kau tak salah orang?" tanya Winna. Tak mungkin kan, orang cantik seperti dia mencari seorang gadis berkacamata yang kerjanya di perpustakaan? Kecuali...
...bila dia salah orang.
Lindy menggeleng cepat. Dia meggandeng tangan Winna menuju sebuah ruangan.
Tanpa sadar, Winna menghela napas lega.
"Aku tahu rasanya menjadi sepertimu..." katanya tiba-tiba.
Winna tak mengerti. Baru dia ingin membuka mulutnya,
"Lihat album ini," pinta Lindy.
Winna segera melihat-lihat album fotoberwarna kusam -terlihat bahwa album itu sudah cukup tua- itu.
Winna penasaran dengan gadis berkacamata yang ada di foto itu. Persis seperti dirinya. Dia menoleh ke arah Lindy hendak bertanya.
"Itu aku. Lima tahun lalu," ungkap Lindy.
Dia menarik napas. Berusaha memunculkan memori-memori masalalu. Ya, masa lalu.
"Kehidupanku dulu sama seperti kehidupanmu. Dikucilkan, dicaci-maki, di... entah apa lagi. Aku terlalu sedih untuk mengingatnya. Terlalu sakit," cerita Lindy. Dia terdiam. Matanya menerawang.
Winna membuat kepala Lindy tersandar di bahunya. Lalu mengelus-elus pundak Lindy. Berusaha membuatnya tenang. Winna tertawa dalam hati. Bisa-bisanya dia menyuruh orang tenang, sementara dia mengalami hal serupa.
"Sampai... Sampai aku berpikiran bahwa aku harus maju. Aku harus berubah. Aku harus menjadi pemenang. Peduli amat, dengan kata-kata mereka?" lanjut Lindy. Dia sudah mulai tenang.
"Sampai disini, aku berhasil membuat mereka tak mencaciku lagi dan memandangku sebelah mata lagi. Tidakkah kau ingin mengikuti jejakku?" tanya Lindy tiba-tiba.
Winna terkesiap. Dia tidak menyangka pertanyaan seperti itu akan keluar.
"A-aku, aku, aku..." Winna terbata.
Lindy memandangnya dengan tatapan yang sulit diartikan.
.
'Probably mindless dreaming...'
.
"...mau,"
Mata Lindy bersinar senang.
"Terimakasih. Aku akan membantumu! Aku sedih setiap aku melihatmu murung! Hatiku tergerak ingin membantumu!" seru Lindy sambil memeluk Winna.
.
'The first time you ever saw me smile...'
.
.
'It turns of freedom ain't nothing but missing you...'
.
--5 Desember 2013--
Tepat dua tahun Lindy dan Winna bersahabat. Berada dalam suka duka bersama. Saling membantu. Saling men-support satu sama lain. Hingga Winna mengerti arti 'sahabat'. Winna, yang dulunya tak pernah merasakan kebahagiaan. Kini sekarang merasakannya. Dua tahun ini cukup untuk menghapuskan kenangan kelam akan dirinya. Dia tak pernah percaya bahwa dia bisa berada di posisi seperti ini.
"Lindy..." panggil Winna lembut.
"Ya?" sahut Lindy tak kalah lembut.
"Aku dulu tak pernah menyangka hidupku menjadi seperti ini. Aku tak menyangka aku bisa di posisi ini. Aku tak menyangka aku bisa berubah drastis seperti ini. Aku tak menyangka bisa meninggalkan kenangan masa-"
"Winna..." potong Lindy.
"Jangan pikirkan apa yang telah lalu. Yang lalu, biarlah berlalu. Sekarang kau hanya harus memikirkan masa depanmu," nasihat Lindy.
"Kau benar," Winna membenarkan perkataan Lindy.
Hening.
"Uhuk! Uhuk! Uhuk!"
Lindy terbatuk sambil menutup mulutnya dengan telapak tangannya. Wajahnya yang segar, berubah pucat seketika.
"Lindy, kamu tak apa?" tanya Winna khawatir. Perasaannya tidak enak. Tapi dia berusaha menepisnya.
"Aku tak apa," jawab Lindy.
"Lindy..."
"..."
"Lindy?"
"..."
"Lin-"
"Aku baik-baik saja!" kata Lindy dengan nada, yah-membentak.
Bola mata Winna membulat. Ini pertama kali Lindy membentaknya! Lindy yang Winna kenal, adalah anak yangselalu berkata lembut.
"Maaf," ucap Lindy sambil memalingkan wajah.
"..."
Lindy tak kuat lagi. Dia pun berlari meninggalkan Winna yang hanya mematung.
'Kenapa perasaanku berkata bahwa kita akan...'
Winna segera menyingkirkan pikiran negatif itu. Dia mengambil langkah seribu dan mulai mengejar Lindy.
.
'Iam so glad we made time to see...'
.
--4 Desember 2014--
~Winna's POV~
Tepat sudah setahun dia meninggalkanku. Lindy. Setahun lalu, dia hanya meninggalkan surat yang berisi permintaan maaf dan terimakasih saja. Bahkan tanpa berpamitan langsung padaku? Oh God, sungguh, mau dia itu apa sih? Padahal dia tahu bahwa aku tak bisa hidup tanpanya. Dia itu...
~Normal POV~
Bruk!
"Ah, maaf," gumam Winna. Dia berjalan sambil melamun sehingga menabrak seorang wanita beserta belanjaannya.
Dia pun membungkuk membantu mengambil belanjaan wanita itu yang jatuh karenanya.
"Tak apa,"
Singkat. Tetapi Winna merasa familiar dengan suara itu. Dia mendongakkan kepalanya. Pupil biru-nya bertemu dengan pupil emerald milik...
Wanita itu memeluknya. Dia membalasnya. Winna tak bisa mengungkapkan isi hatinya sekarang. Orang itu sekarang berada di pelukannya. Orang yang selalu dicarinya. Lindy.
.
'Who's life...'
.
Mereka melepaskan pelukan bahagia mereka. Winna memandang Lindy sekilas. Dia tampak berbeda. Wajah dan kulitnya pucat. Matanya sudah tak bersinar terang. Dan senyumnya, seakan seperti paksaan.
'Who's life? Dulu kau yang mengajarkanku tersenyum? And, now?' batin Winna.
"Aku baik," ucap Lindyseakan dapat membaca pikirannya.
Winna memandang curiga.
Lindy tertawa hambar.
"Okay, okay. Akan aku ceritakan saat kita sampai di rumahmu. Oke? Sekarang kita bereskan belanjaanku dulu," kata Lindy.
Mereka pun mulai membereskan barang belanjaan Lindy.
**Winna's Home**
"Jadi?" tanya Winna to the point.
"Tidakkah kita-"
"Hmm?" potong Winna tak sabar.
"...minum dulu?"
Winna menaikkan alisnya. Pertanda ingin 'fast respons'.
Lindy menelan ludah.
"Lin-"
"Aku kanker,"
"What?" tanya Winna tidak percaya. Dia berharap telinganya salah mendengar.
.
'Maybe this is wishfull thinking...'
.
"Aku. Kanker," ulang Lindy. Lebih jelas dan nada nya terdengar ditekan.
"Aku memiliki penyakit kanker stadium 4 sejak empat bulan lalu. Dan dokter mem-vonis umurku tak lama lagi. Aku tak marah pada takdir karena telah membuat ku seperti ini. Bahkan sebuah keajaiban rambutku tak rontok saat ini. Aku sudah cukup bersyukur. Tapi setidaknya, aku ingin menemui sahabat baikku sebentar. Sebelum waktu merenggut nyawaku," kata Lindy. Matanya menerawang. Jauh lebih menerawang dari 3 tahun lalu. Saat menasihati Winna.
"Lin... Lindy..." lirih Winna.
"Itu alasanku pergi... saat setahun lalu..." Suara Lindy bergetar.
Setetes. Dua tetes. Lalu menjadi banyak. Terdapat sungai kecil yang mengalir di kedua pipi mereka. Bahkan, Lindy tak sanggup berdiri dan jatuh terduduk dengan lemas.
Winna, memilih menutup wajahnya.
Hening. Hanya terdengar isakan tangis pilu.
"Lindy..." panggil Winna. Setelah mereka berdiam selama kuranglebih dua puluh menit.
Lindy menoleh. Menatap iris biru Winna yang berkaca.
"Walaupun waktumu tinggal sedikit, kita masih dapat menikmati kebersamaan kita kan? Kita bisa kembali seperti dulu kan? Walau hanya... hanya... se-bentar?" tanya Winna pilu.
Lindy mengangguk.
"Tentu,"
Dan mereka mulai menelusuri kenangan-kenangan mereka dahulu.
--5 Desember 2015--
~Winna's POV~
Hari ini. Hari yang teramat menyedihkan untukku.
Lindy. Ya, Lindy. Meninggal pada hari ini. Tepat setahun yang lalu.
Aku tak tahu apa yang membuatnya senang. Sehingga dia menghembuskan napas terakhirnya dengan... tersenyum. Tulus.
Aku memandangi makamnya untuk terakhir kali. Sebelum akhirnya beranjak dari sana. Meninggalkan sahabatku, sendiri. Di tempat gelap bahkan yang belum pernah kukunjungi sebelumnya.
Rasanya,
...aku ingin kembali ke Desember dan mengulang semuanya.
---
I want go back to December turn around and sought make it all right
I want go back to December turn around and change my own mind
I want go back to December all the time...
.
----TAMAT----
.
Gimana pendapat kalian? Cerita ini membuat kalian hanyut gak? :v Oh ya, cerpen ini terinspirasi dari lagu Back to December-nya Taylor Swift. Tapi, aku ubah beberapa kata lirik lagunya agar jadi pas sama isi cerpennya. Dan satu lagi, ini music story* pertamaku. Sekaligus rekor cerpen terpanjangku :v . Cerpen absurd ini. Jadi maaf kalo gaje :3 Tadinya ini mau kukirim di facebook karena lombanya di facebook. Tapi, ini kepanjangan. Jadi font-nya gak muat deh! :v Aku harap, Uzli mau liat ini.
.
* : Cerpen dengan disertai lirik lagu yang menggambarkan isi cerita tersebut